Kamis, 03 Maret 2011

Puisi Pada Kulit Pohon I

lukisan diunduh dari http://freemanfromtheearth.blog.friendster.com/files/rainy_day.gif


Puisi Pada Kulit Pohon I

bagaimana mesti kuawali
sedang sore kian langut
garis-garis hujan merupa kabut
di ujung jalan: cahaya lampu temaram
lalu apa bedanya jalanan datar,turun, atau bahkan mendaki
bila mencari wajahmu sahaja mataku berdiri nanar-
diam: terpaku di teras rumah
o,melukis wajahmu
sama sulitnya aku bertanya pada seulas senyum
yang kau tempelkan di sudut bibirmu
dan tibatiba bercerita kicau nuri di cemara tua
serta mega yang pernah tersaput jelaga
dan lembut suria yang kalungkan bianglala
membimbing burung terbang pulang ke sarang

jika waktu adalah labirin, mural jantungku, kau
kekasih, menoreh sebait kata
: cinta itu seperti mega, bergelayut
mendung lalu
rinai
saat detak waktu tak! tik tak
di matamu
taifun yang bersembunyi di tengah ladang gandum itu
menatap rambutmu yang hitam tergerai
seperti aku melihat alam kerling
tujahkan pesona di jantung bujangga
pun penyair yang membilah-bilah duri cinta
o,cinta itu seperti bulan
; kata kekasih
di pundakku
biar sabit
kala keramaian dan keheningan bukan lagi persoalan
masihkah meragu
: cahaya di mihrab kekasih itu kesetiaan penjaga malam

Jika engkau,kekasihku
tidakkah kau rasakan
pemantik cinta mengajak semilir bayu
menyisir bulubulu indah cendrawasih
menoreh baitbait puisi pada kulit pohon
dan diamnya dalam tetesan getah itu kidung cinta
di sana kepedihan pun kesukaan saling mengikat
terbang bersama kunangkunang kecil yang
menyatukan sinarnya pada malam menuju surga

_________________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit 21 April 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar