lukisan diunduh http://chineseartstore.com/catalog/images/medium/5849-chinese-dragon-painting-detail.jpg
Sang Naga
Naga emas para Dewa
Liuk laun naik ke mega
Suci laku suci kata
Budi baik arak jiwa
Hong!fana pada akar
Inti kata pada arti
Bila tahu laba rugi
Jauh laku dari ular
Pada bayu, kata Naga
Kamu Hong saya nari
Saya nepi jika duri
Fana,rugi atau laba?
Bila hati satu rasa
Hari hari luah suka
Lupa lara juga duka
Tuan,Nona, ikat kala
______________________________
@Imron Tohari _ lifespirit 8 July 2011
Karakter dasar penciptaan karya puisi pola 4444 ini, didasari :
4 huruf dalam satu kata/kalimat,
4 kata/kalimat dalam satu baris,( Di tolerir lebih satu kata, bila kata tadi berfungsi sebagai kata tunjuk tempat : di, ke )
4 baris dalam 1 paragraf/bait/larik,
4 paragraf/bait/larik membentuk 1 alur cerita,
bersanjak rima ( rima berpeluk/berpaut ) pada setiap baitnya.
Puisi pola 4444 ini saya ciptakan atas dasar ketertarikan saya pada karya sastra puisi/sajak/syair/pantun yang berbasis akar budaya tanah leluhur yang kita cintai ini.
Berawal dari sana saya tergelitik untuk membuat puisi sanjak rima dengan aturanyang boleh dikata tak lazim, karena pola ini terdiri dari serangkaian tautan kalimat yang per kalimatnya hanya terdapat 4 huruf pada kata/kalimat ( kata dasar ) ; 4 huruf dalam satu kata/kalimat, namun dalam satu kesatuan utuh tubuh karya, dan harus tetap memenuhi unsur sajak baik secara estetika bahasa pun secara estetika pesan/makna.
Sekali lagi perlu saya tekankan di sini, bahwasanya acuan dasar dari pola 4444 adalah sajak rima sastra akar leluhur, Namun begitu pada karya ini (yang selanjutnya saya sebut sebagai puisi pola 4444, lebih menitik beratkan pada jumlah huruf pada kata dan jumlah kata pada baris serta jumlah baris pada bait. Sedang saya pergunakan rima berpeluk semata untuk mendapatkan efec rima (metrum) saat dibaca. Satu lagi pada bacaan puisi pola 4444 dengan rima berpeluk. Pembaca akan mendapatkan efek gema. seakan kita ditarik lagi pada bunyi akhir awal bait. tarikan rima di baris awal bait dengan bunyi rima akhir dibaris akhir pada bait yang sama menciptakan suatu arus gravitasi kata dan atau gravitasi bahasa yang berseakan memantul dan menimbulkan bunyi yang bergema. Contoh: perhatikan efek gema yang ditimbulkan oleh rima yang saya beri tanda ( ) di bawah ini :
Hong! fana pada ak(ar)
Inti kata pada art(i)
Bila tahu laba rug(i)
Jauh laku dari ul(ar)
Pada bayu, kata Nag(a)
Kamu Hong saya na(ri)
Saya nepi jika du(ri)
Fana, rugi atau lab(a)?
Jadi dalam penggunaan rima tidak boleh asal mengejar bunyi saja, dalam pengertian "mengejar bunyi" yang saya maksudkan di sini, yaitu tidak hanya sekedar mencari kesamaan rima di akhir kalimat saja, padahal secara bentukan alur baris dan atau antar barisnya tidak saling terkait maksud/makna, jadi di sini yang saya maksudkan jangan hanya mengejar bunyi rimanya sahaja. Dan mengenai asonansi; perulangan bunyi vokal dalam deretan kata dan atau penggunaan aliterasi ; pengulangan bunyi konsonan dari kata-kata yang berurutan, tidak mesti harus, yang pasti dasar pemikiran penciptaan karya ini sesuai dengan yang saya katakan diatas mengacu dari pola tuang sastra melayu pujangga lama tidak menyimpang dari pola rima berpeluk/berpaut, dan yang pasti tidak menyimpang aturan pola 4444.
salam lifespirit!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar