Kamis, 03 Maret 2011

Cinta yang Api

lukisan diunduh dari google


Cinta yang Api

mataku gendewa, saat panah melesat
ku jelau setanggi asmara di tungku matamu
di sana jiwa sepenuh khusuk menembang,cinta

o, apakah itu cinta?

“bila tanah itu kekasih
taburan melati adalah aku”

sesederhana itukah cinta?

saat cinta membawa sekeranjang anggur suka
janganlah engkau terlalu memujanya
--- cinta itu api yang akan membakar jantungmu
saat ianya membutakan mata dan
menulikan pendengaran batin.

saat cinta menyulangmu dengan kedukaan
jangan lantas berprasangka itu akhir bahagia
---- cinta itu misteri, perlu ribuan mil baginya untuk
muncul kepermukaan dalam wujudnya yang putih.

jika pengetahuanmu tentang api ditentukan oleh kata-kata semata
coba matangkan dengan api!*)

tiada kepastian intuitif sampai engkau terbakar
jika kau hasratkan kepastian itu duduklah dalam api!*)

cinta itu hakikat
api!

___________________________________________________________________
@ Imron Tohari _ lifespirit, 1 Desember 2010, pukul 22 Wita

je·lau ark v, men·je·lau v menjenguk
se·tang·gi n kemenyan berbau wangi
ha·ki·kat n 1 intisari atau dasar: dia yg menanamkan -- ajaran Islam di hatiku; 2 kenyataan yg sebenarnya (sesungguhnya)
in·tu·i·tif a bersifat (secara) intuisi, berdasar bisikan (gerak) hati

*) petikan sajak “Tradisi dan Intuisi”, Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri (Jalaluddin Rumi) atau sering pula disebut dengan nama Rumi adalah seorang penyair sufi yang lahir di Balkh (sekarang Afganistan) pada tanggal 6 Rabiul Awwal tahun 604 Hijriah, atau tanggal 30 September 1207 Masehi. Ayahnya masih keturunan Abu Bakar, bernama Bahauddin Walad. Sedang ibunya berasal dari keluarga kerajaan Khwarazm. Ayah Rumi seorang cendekia yang saleh, mistikus yang berpandangan ke depan, seorang guru yang terkenal di Balkh. Saat Rumi berusia 3 tahun karena adanya bentrok di kerajaan maka keluarganya meninggalkan Balkh menuju Khorasan. Dari sana Rumi dibawa pindah ke Nishapur, tempat kelahiran penyair dan ahli matematika Omar Khayyam. Di kota ini Rumi bertemu dengan Attar yang meramalkan si bocah pengungsi ini kelak akan masyhur yang akan menyalakan api gairah Ketuhanan. ( biografi Rummi, dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas ).

1 komentar: