Kamis, 17 Maret 2011

Perempuan Berkerudung Airmata

lukisan by google


Perempuan Berkerudung Airmata


Di atas bahtera
Matamu embun
Menatap samudera tak ombak ,ikan bersenda
Angin juga. Pukau
Disulur rambut yang kibar

Adakah kepedihan suatu pilihan?

(Tibatiba kau bisikan sesuatu dengan lirih. Dan di bola matamu, ikan yang tadinya bersenda di samudra, kini kaku batu. Menatap kearahku )

Di dekatmu
Perihal yang kau tanyakan itu
Bukan mengada aku tetap mengasihimu
Juga tentang dian-dian kecil di ruang bahtera
Yang nyala apinya kujumput dari gerai hitam rambutmu
Adalah atma yang keluar dari lingkaran labirin
Mengajak bibir berbisik

: Cinta itu laksana api,
lidah apinya membakar jiwa,
dan tungkunya derita,
di dalamnya ada bara kasih,
untuknya tak segan kuteguk airmata duka,
lalu kusuling menjadi anak kunci,
pembuka pintu langit.

Kini dimana ia-nya (kebahagiaan) berada? Tanyamu lirih

(Di atas bahtera, angin yang pukau, kini desau. Juga dua bola matamu kian tujah, tuliskan sajaksajak bisu di mural jantung: tentang luka, dan kau)

Di tubir Cinta
Saat kukejar kebahagiaan
Kujumpai adanya ketidak kekekalan kala
Kutatap luas samudera, kutemukan ketidak luasan kuasaku
Kutatap langit, kudapati bayangan dari ketidak berdayaan

Di tubir Cinta
Degup jantung mengeja hurup
Matahari membakar raga
Malam; pisaupisau kematian
Mengguratkan dzikir di piala Kekasih

(saat sekali lagi kuarungi samudera matamu yang embun, di atas bahtera, kembali ku tatap langit, dan kini kudapati burung keberuntungan berkata-kata pada angin tentang bayi serta seorang perempuan berkerudung airmata yang berlarilari di terik padang pasir, dari Shafa ke Marwah, tak keluh, mencari mata air kehidupan. Dan untuk anaknya, setulus kasih ia-nya persembahkan kerudung airmata, mengetuk pintu langit. Dan perempuan itu, serupa dirimu, istriku, pun seperti ibu-ibu yang lainnya yang tiada berbatas dalam mencintai anak-anaknya )

____________________________________________________________________________________

@ Imron Tohari _ lifespirit, 21 mei 2010 ( Penyatuan karya “ Labirin II & Matamu yang Embun)

atma : jiwa; nyawa; (Hin) roh: akhirnya -- Lubdhaka, setelah hari kematiannya, bisa masuk surga
labirin: tempat yg penuh dng jalan dan lorong yg berliku-liku dan simpang siur; sesuatu yg sangat rumit dan berbelit-belit (tt susunan, aturan, dsb)
tubir: tebing (jurang dsb) yg curam; tepi sesuatu yg dalam (spt tepi jurang, tepi kawah, tepi sungai); tempat yg dekat sekali dng tepi sesuatu yg dalam (spt tepi jurang); tempat yg dalam sekali (di laut dsb); ki keadaan yg hampir pd sesuatu yg sangat berbahaya (mati dsb)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar